Juwana, Pati
– Mahasiswa Tim II KKN Undip kecamatan Juwana bekerjasama dengan Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pati mengadakan kegiatan Sarasehan Lingkungan
Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat. Dalam acara tersebut diajarkan bagaimana
cara-cara memanfaatkan sampah-sampah plastik serta pembuatan lubang resapan
biopori. Perwakilan warga desa Growong Kidul yang mengikuti kegiatan tersebut sepulang
dari sana bersama-sama membuat lubang resapan biopori didampingi oleh mahasiswa
KKN Growong Kidul(21/8).
Bagi
masyarakat desa mungkin lubang resapan biopori masih terdengar asing di
telinga. Namun tahun-tahun terakhir ini seiring maraknya kampanye kelingkungan,
lubang resapan biopori pun semakin gencar dikampanyekan. Dan kini LRB, begitu
biasa disebutnya, semakin sering diperbincangkan dalam setiap forum-forum
kelingkungan
Alamiahnya, biopori adalah
lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme dalam
tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut
akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak
langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah melalui
lubang tersebut. Tetapi, di daerah perkotaan, keberadaan pepohonan semakin
tergusur oleh bangunan-bangunan sehingga lubang biopori menjadi semakin langka.
Lagi pula, banyaknya pepohonan tidak selalu mengartikan akan ada banyak air
yang terserap, karena permukaan tanah yang tertutup lumut membuat air tidak
dapat meresap ke tanah. Nah karena tidak cukup mengandalkan biopori alamiah maka
dibuat lah LRB tadi dengan memanfaatkan pekarangan yang ada.
Warga sangat antusias mempelajari
hal yang baru ini. Awalnya hanya 3 orang yang berkumpul kemudian berdatangan
warga lain yang merasa penasaran dengan apa yang akan dibuat di pekarangan
sempit di halaman samping rumah salah satu warga. Warga turut serta melihat
proses pembuatan LRB tersebut. Proses pembuatan LRB itu didampingi oleh Rosyadi
Athhar, mahasiswa jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro yang sekaligus
memberikan arahan saat proses pembuatan.
Cara membuatnya sangat sederhana. Pertama-tama,
dibuat lah
lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman sekitar 100 cm
atau jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang
telah dibuat. Pembuatan lubang dilakukan dengan bantuan alat bor tanah. Proses pembuatan
ini semakin mudah dikarenakan BLH pada Sarasehan Lingkungan juga memberikan
bantuan dua alat bor tanah, satu penutup biopori dan 2 botol cairan kimia Effective Microorganisms (EM 4) untuk
setiap desa yang perwakilannya hadir.
Setelah
lubang berhasil dibuat maka diisi lah lubang itu dengan sampah-sampah organic
misalnya sampah dedaunan. Tambahkan terus dari hari ke hari maka nantinya bisa
menjadi kompos. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap
akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang. Kemudian terakhir, mulut
lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm di
sekelilingnya untuk mencegah longsor pada lubang.
Semua menjadi terasa lebih mudah ketika sudah
dipraktekkan langsung, tidak serumit yang dibayangkan saat mendapatkan
teorinya. Masyarakat desa pun paham manfaat LRB ini banyak, seperti ; memelihara
cadangan air tanah, mencegah terjadinya keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah, menghambat intrusi air laut,, mengubah
sampah organik menjadi kompos, meningkatkan kesuburan tanah, menjaga keanekaragaman
hayati dalam tanah, mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air, mengurangi masalah pembuangan
sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan perairan, mengurangi emisi gas
rumah kaca (COZ dan metan), mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan. Semoga ilmu
tentang biopori ini terus tersebarluaskan agar bisa dirasakan manfaatnya kini
dan nanti. (DL)